pilihan bahasa

Minggu, 24 Mei 2009

Elektronika Lanjut (Sistem Linier)



SISTEM LINIER (Elektronika Lanjut)

TRANSFORMASI-Z

Metode-metode trasformasi sangat bermanfaat dalam pempelajari sistem-sistem linear takubah-waktu. Telaah terhadap sistem-sistem ini disederhanakan oleh kalkulus transformasi dengan:

  1. memberikan intuisi yang mana tidak nyata dalam pemecahan kawasan waktu.
  2. mengikutsertakan syarat-syarat awal secara otomatis dalam proses pemecahan.
  3. menyederhanakan proses pemecahan dari berbagai persoalan menjadi sekedar melihat saja pada tabel, seperti halnya yang dilakukan pada logaritma sebelum ditemui kalkulator tangan.

Namun demikian, salah satu kekurangan dari pemecahan-pemecahan kawasan transformasi ini, sekurang-kurangnya secara mendidik, tampaknya bahwa kita seringkali lupa akan hakikat fisis dari persoalanya dalam kawasan trasformasi. Proses pemecahanya dapat menjadi suatu proses ibarat “menghidupkan mesin belaka“. Kecenderungan ini tidaklah menguntungkan, karena kita seringkali melupakan atribut-atribut fisis yang bermanfaat dari persoalannya.

Salah satu sasaran utama dari telaah ini adalah mengembangkan kesadaran pembaca terhadap permasalahan apa yang tersangkut, dan dalam pengertian yang umum, dalam menerapkan metode transformasi. Untuk alasan ini, pertama kita menyelidiki transformasi-Z, yang mana kemungkinan besar para pembaca sedikit mempunyai pemahaman pendahuluan mengenainya. Kalkulus transformasi telah dikenal dalam teori probabilitas sebagai metode“fungsi penurun-momen“ (momen generating function). Meskipun kita menyebut tentang kawasan waktu-diskret, namun indeksnya tidak perlu ditafsirkan sebagai waktu. Dalam berbagai penerapan fisis, tafsiran-tafsiran yang lainya mungkin lebih sesuai. Sebagian besar dari barisan bilangan yang ditinjau disini adalah nol untuk suatu indeks k yang lebih kecil dari pada nol. Namun demikian pengembanganya tidak terbatas pada barisan-barisan satu sisi ini. Kita telah memilih untuk mendefinisikan transformasi-Z dalam pangkat-pangkat negatif dari z, sesuai dengan literatur keteknikan mengenai sistem-sistem dan pemrosesan sinyal-sinyal. Sedangkan di pihak lain, berbagai publikasi dalam matematika dan geofisika seringkali menggunakan pangkat positif dari z. Pengalihan dari definisi yang satu ke yang lainnya menyangkut substitusi sederhana 1/z bagi z.

mengali

clip_image001[15]clip_image002[14]clip_image003[14] M,N M,N

Logaritma kebalikan transformasi

clip_image004[14]logaritma

log M log M + log N

log N

penjumlahan logaritma

konvolusi

clip_image001[16]clip_image002[15]clip_image003[15] u.h y = u . h

Logaritma transformasi invers

logaritma

clip_image004[15] U , H y = u . h

Mengali transformasi

Gambar 4.1.1 transformasi analog terhadap logaritma

4.2 TRANSFORMASI-Z

Bagi suatu barisan berhingga x yang diketahui, kita definisikan sebuah fungsi X(z) dan variabel kompleks z dengan membentuk polinom

X(z)=xclip_image002[18]zclip_image004[18] + xclip_image002[19] clip_image007 clip_image002[20]zclip_image010+ . . . + xclip_image012zclip_image014[4]= clip_image016[4]xclip_image018[4]zclip_image020[4] (4.2.1)

Fungsi X(z) disebut fungsi penurun (generation function) atau transformasi-Z dari barisan x. (Kita seharusnya membedakan antara fungsi X(.) dan nilai yang diambil fungsi ini untuk suatu z tertentu. Namun demikian, berdasarkan cara penulisan baku, kita akan mengikuti praktek yang telah dianut dengan menggunakan X(z) untuk mengartikan keduanya). Dalam (4.2.1), indeks-indeks awal dan akhir dari barisan, yakni I dan m, dapat merupakan sebarang bilangan bulat mulai dari - clip_image022[20] hingga + clip_image022[21]. Contoh berikut melukiskan perhitungan yang digunakan untuk memperoleh transformasi-Z bagi beberapa barisan sederhana.

Contoh 4.2.1

Andaikan barisan x adalah barisan berhingga

clip_image025 = clip_image027

clip_image029[4]

Dengan menggunakan (4.2.1), maka transformasi-Z nya adalah

X(z) = clip_image031[4]xclip_image018[5]zclip_image020[5]= 8z clip_image035[4] + 3clip_image037 - 2 + 4clip_image039[4]clip_image041[4] - 6clip_image039[5]clip_image044

Contoh 4.2.2

Tinjau transformasi-Z dari barisan x yang didefinisikan oleh

xclip_image018[6] = clip_image047 clip_image049

sekali lagi dengan menggunakan definisi (4.2.1), kita lihat bahwa

x(z) = clip_image051[4] xclip_image018[7]zclip_image020[6] = clip_image053[4]2clip_image055[4]zclip_image020[7] = clip_image053[5](2zclip_image004[19])clip_image055[5] = clip_image060=clip_image062

Contoh 4.2.3

Tinjau transformasi-Z bagi barisan yang didefinisikan oleh

xclip_image018[8] = clip_image064[4] clip_image066[4]

Dalam hal ini transformasi-Z nya diberikan oleh

clip_image002[24]dengan m = -k

clip_image004[22]

Di mana telah kita gunakan hasil-hasil dari Apendiks A untuk menghitung deret ukur.

Kita dapat menguraikan X(z) dalam suatu deret pangkat dalam z ( dengan beberapa metode ) untuk menemukan kembali barisan x. Tetapi, dalam kasus-di mana{Xk}tak nol untuk kedua indeks-indeks positif dan negatif,maka sangatlah perlu untuk di sadari bahwa X(z) sendiri tidak dapat di tentukan secara unik (unique)dari barisan x. Alasanya adalah bahwa kita dapat menguraikan X(z) ke dalam suatu deret pangkat dalam lebih daripada satu cara jika kita mempunyai kebebasan untuk meninjau barisan {Xk} yang dapat bernilai tak nol bagi k positif maupun negatif. Sebagai contoh, tinjau barisan-barisan x dan y yang di definisikan dalam (4.2.2) dan (4.2.3)

clip_image006[16] (4.2.2)

clip_image008[8] (4.2.3)clip_image010[4]

Transformasi-Z dari x adalah

X(z) = Z[(clip_image012[4], k < 0)] = clip_image014[6]

clip_image016[6]

clip_image018[14] (4.2.4)

Transformasi-Z dari y adalah

Y(z) = clip_image020[12] (4.2.5)

Dengan membandingkan (4.2.2) dan (4.2.3), kita lihatbahwa barisan-barisan dari(4.2.2) dan (4.2.3) memiliki transformasi-z yang sama. Hasil ini memang membingungkan secara sepintas karena ini berarti bahwa trnsformasi-Z dan barisan-barisan yang bersangkutan tidaklah berkaitan secara unik. Kita dapat membetulkan permasalahan ini dengan mencirikan daerah konvergensinya (region of convergence) untuk mana jumlah-jumlah dalam (4.2.2) dan (4.2.3) konvergen mutlak. Kelak akan kita lihat bahwa suatu X(z) tetentu dan daerah konvergensinya mencirikan secara unik barisan {Xk} yang menghasilkan polinom X(z).

Daerah konvergensi dari X(z) adalah himpunan dari bilangan kompleks z untuk mana jumlah clip_image022[24]ada : yakni, himpunan z untuk mana X(z) memiliki nilai berhingga. Sebagai contoh,dalam (4.2.4), X(z) konvergen mutlak bagi |1/clip_image024[16] i < 1 atau |z| < |a|. Begitu pula, dalam (4.2.5), Y(z) konvergen mutlak bagi |clip_image024[17] | < 1 atau |z| > |a|. Dalam bagian 4.3, kita akan perlihatkan bahwa mengetahui akan X(z) dan daerah konvergensinya tidaklah menentukan secara unik barisan {Xk} yang bersangkutan. Jika kita hanya menaruh perhatian pada barisan-barisan satu sisi, yakni, barisan-barisan yang hanya tak nol bagi indeks-indeks yang positif atau negatif saja, maka daerah konvergensinya tidak diperlukan untuk mencirikan {Xk} secara unik.

Perlu kita perhatikan bahwa beberapa pengarang mendefinisikan transformasi-Z dari sebuah barisan sebagai berikut

clip_image026[8] (4.2.6)

Kita dapat memperoleh transformasi-Z nya (4.2.6), clip_image028dari X(z) seperti didefinisikan oleh (4.2.1) dengan mensubtitusikan z bagi clip_image030dalam (4.2.1) dan dalam pernyataan yang mendefinisikan daerah konfergensinya. Sebagai contoh, jika X(z) = a/(a – z), |zi < a, maka X(z) = a/(a –clip_image032), |z| > a

4.3 KONVERGENSI DARI TRANSFORMATOR-Z

Tinjauan transformasi-Z dari barisan x di mana

clip_image034

Adalah penting untuk mengetahui daerah konvergensi mutlak dari X(z) dalam bidang-z kompleks. Yakni, kita ingin untuk menentukan nilai-nilai kompleks dari z untuk mana S |clip_image036| memiliki suatu nilai yang berhingga. Jika kita nyatakan z dalam bentuk kutub (polar) sebagai clip_image038 , maka kita peroleh

clip_image040

clip_image042

clip_image044[4] (4.3.1)

Agar jumlah tak berhingga clip_image046| hasilnya berhingga maka tiap-tiap jumlah dalam (4.3.1) haruslah berhingga . Kita dapat menjamin bahwa tiap-tiap jumlah ini berhingga, asalkan kita dapat menemukan tiga buah bilangan positif M, clip_image048[4], clip_image050 sedemikian rupa sehingga ÷ Xk÷ ≤ Mclip_image052 untuk k ≥ 0. ( Kita menganggap bahwa clip_image054dan clip_image056dipilih sedemikian rupa, sehingga batasnya ketat). Kemudin kita dapat mensubtitusikan batas-batas ini ke dalam (4.3.1) untuk memperoleh

clip_image058 (4.3.2)

Jumlah-jumlah dalam (4.3.2) adalah berhingga jika dan hanya jika r/clip_image054[1] < 1 dalam jumlah pertama dan clip_image050[1] /r < 1 dalam jumlah ke dua. Yakni, jumlah yang menyatakan X(z)

Jadi sebagai contoh, jika clip_image002[26] = 2 adalah syarat awal dalam (4.4.3) denganclip_image004[24] = clip_image006[18] , k ≥0 seperti sebelumnya maka kita peroleh

clip_image008[10]{clip_image010[6] + clip_image012[6]} = Zu {clip_image014[8] + clip_image016[8]}

Selanjutnya dengan mensubtitusikan clip_image002[27] = 2 dan clip_image018[16] = 0 dan kumpulkan suku-sukunya maka kita peroleh

clip_image020[14] (z) + clip_image022[26]+ clip_image024[20] clip_image020[15](z) = clip_image026[10](z) + clip_image018[17]+ clip_image028[4](z)

clip_image020[16] (z)(1 + clip_image024[21]) + clip_image030[4] .2 = clip_image026[11](z)(1+clip_image032[4])

= clip_image034[4]

Yang mana menghasilkan

clip_image020[17] (z) = clip_image036[4] - clip_image038[4]

Suku pertama di ruas kanan adalah tanggapan yang hanya disebabkan oleh u . Suku kedua adalah tanggapan yang hanya disebabkan oleh syarat awal. Jadi keluaran yang kita peroleh merupakan jumlah dari dua barisan: tanggapan dari suatu sistem yang pada awalnya tak terangsang terhadap u ditambah pemecahan homogen bagi syarat-syarat awal yang diberikan, yakni

y = clip_image040[4] + clip_image042[4]

dimana

clip_image044[6]= clip_image046[4] + 3clip_image048[6] , k≥0

Seperti yang kita dapati dalam (4.4.4), dan

clip_image050[6] = clip_image052[4] {- clip_image038[5]}

= -clip_image054[6], k≥0

Dengan menjumlahkan, kita dapati seluruh pemecahannya sebagai

BERTEKAT TIDAK SEKEDAR TAHU, TAPI PAHAM